Selasa, 04 Desember 2012

Karl May "Si Tukang Cerita Dari Jerman"

Karl May "Si Tukang Cerita Dari Jerman"



Jenius!!!....Kata itu yang pantas diberikan kepada Karl Friedrich May. Beliau merupakan pengarang yang sangat populer bagi remaja-remaja jadul atau lawas. Sebagai seorang pengarang, Karl May berhasil menghibur dan memberikan inspirasi bagi kaum muda sedunia, termasuk kaum muda di Indonesia tentunya. Sebut saja, mulai dari Albert Einstein, Hermann Hesse sampai tokoh-tokoh pergerakan di Indonesia merupakan penggemarnya. Emil Salim (mantan Menteri KLH) pun mengakui, bahwa karya Karl May yang dibacanya ketika masa sekolahnya dahulu, mampu memberi inspirasi tentang arti "Kedamaian, Keadilan, Keikhlasan, Kebenaran dan Ketuhanan".

Karl May dilahirkan pada tahun 1842 di Hohenstein-Ernstthal,Chemnitzer Land dan meninggal dunia pada tahun 1912 di Radebeul. Meissen.  Masa kanak-kanaknya dilalui dengan mengalami kebutaan karena kekurangan gizi dan bisa melihat kembali setelah dilakukan operasi pada matanya. Begitu pula ketika menjelang dewasa,  harus mendekam dipenjara selama 7 tahun karena dituduh mencuri. Pada masa inilah Karl May banyak melakukan kegiatan membaca, khususnya buku-buku geografis, yang pada akhirnya menjadi modal pengetahuan dan dipadukan dengan kemampuan imajinasi yang tinggi, pada akhirnya bisa menghasilkan cerita-cerita pengembaraan yang sangat disukai pembacanya. Kebanyakan cerita-cerita tersebut berisi tentang pengembaraannya di Amerika dan Balkan. Tidak heran, tokoh-tokoh seperti Winnetou, Old Shatterhand dan Kara-Ben-Nemsi menjadi sangat terkenal.

Buku-buku Karl May di Indonesia, pada awalnya merupakan buku-buku berbahasa Belanda, kemudian diterjemahkan dan diterbitkan oleh Noordhoff Kolff, Noor Komala, Gita Karya. Pradjna Paramita dan terakhir oleh Pustaka Primatama.

                          

Oleh penerbit Pustaka Primatama, sekarang ini banyak diterbitkan buku-buku Karl May berdasarkan buku aslinya, yaitu dari buku-buku berbahasa Jerman. Hasilnya mungkin berbeda dengan terbitan penerbit terdahulu, karena sebelumnya yang menjadi babon adalah dari buku-buku berbahasa Belanda. Semoga saja buku-buku Karl May tidak lekang oleh masa dan tidak jemu oleh waktu, sehingga masih tetap bisa dinikmati oleh penggemar-pengemar selanjutnya nanti. ....Howgh.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar