Pada akhir tahun 1940-an, mungkin orang tua atau kakek-nenek kita sangat kenal dengan buku-buku terbitan Noordhoff Kollf. Buku-buku tersebut, terlebih buku-buku cerita memiliki ciri khas, seperti sampul hard cover dan halaman dalam terbuat dari kertas mengkilap. Kalau diperhatikan memang sangat khas buku-buku terbitan Eropa.
Kondisi tersebut memang wajar, karena walaupun pada saat itu Noordhoff Kollf dipimpin oleh orang Indonesia, yaitu M Soendoro juga didampingi Orang-orang Belanda sebagai wakil dari Noordhoff dan wakil dari Kollf, jadi selera Belandanya sangat terasa. Apalagi pada masa tersebut banyak diterbitkan buku-buku karya pengarang Eropa yang sudah diterjemahkan, juga buku-buku karangan asli pengarang bangsa Indonesia.
Pada akhir tahun 1950-an, dengan bergulirnya kebijakan menasionalisakan perusahaan asing, akhirnya Noordhoff Kollf NV berubah menjadi Penerbit Noor Komala. Tidak lama kemudian berganti menjadi Gita Karya dan berubah lagi menjadi PT Pradnya Paramita, yang banyak menerbitkan kisah pengembaraan Karl May melalui tokoh Old Shaterhand dan Winnetou yang termashur beserta tokoh lainnya. Sangat disayangkan, Pradnya Paramita pun tidak bisa bertahan, karena pada akhirnya, harus dilebur dengan Balai Pustaka, saat Dahlan Iskan menjadi Mentri BUMN.
Kini dengan berlalunya waktu, buku-buku tersebut mulai banyak dicari orang, baik sebagai barang koleksi, atau sekedar ingin membaca kembali untuk mengenang masa lalu dan lain sebagainya.
selamat berburu buku-bukunya... sing rajin apdet blognya juga ya.. :)
BalasHapusHe..he..he....amiiin, kapan pesan bukunya?
BalasHapus